Sebenarnya apa yang kita cari dalam hidup ini ?
Apakah hanya untuk bertahan hidup cukup dengan rasa kenyang, kesempurnaan
fisik, karier, kekayaan, ilmu, status sosial, nafsu atau ketenangan
batin ?
Banyak dari kita yang ingin menjawab lebih dari satu hal dari yang saya
sebutkan diatas. Itu hal yang wajar.....karena sudah menjadi sifat kita
sebagai manusia biasa yang selalu tidak puas. Mari sejenak merenung dan
membuat daftar prioritas....agar kita tidak bingung atau bahkan stres
karenanya.
Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan. Hal ini sebaiknya menjadi dasar keyakinan kita agar tidak terjebak dengan ketidakpuasan diri
dalam mempunyai keinginan. Mencari kebermaknaan hidup merupakan bentuk perenungan diri yang penting. Bagaimanakah hidup yang bermakna menurut Anda? Apakah harus
terpenuhi dengan nilai 10 sebagai standar kesempurnaan yang rasional
atau mungkin ada nilai lain yang menurut Anda sudah cukup ?
Sebagaimana ungkapan Bapak H.D Bastaman dalam bukunya yang berjudul
LOGOTERAPI "Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup
Bermakna", 2007:184 bahwa "makna hidup harus ditemukan dan hidup
bermakna harus diperjuangkan." Hal ini berarti butuh suatu "proses"
dalam menemukannya. Tidak bisa seketika atau dalam waktu yang singkat.
Butuh bersabar dalam menjalani proses penemuan itu agar secara bertahap,
sedikit demi sedikit akan terjadi proses alamiah yang mendewasakan baik
disadari maupun tidak.
Mungkin pada saat masih anak-anak....kita hanya memikirkan bagaimana
supaya bisa kenyang, tidak kehausan, bisa bermain dengan puas dan
diperhatikan keluarga penuh kasih sayang. Kemudian....beranjak remaja
mulai berkembang menjadi ingin terlihat sempurna secara fisik,
mendambakan seorang kekasih atau menginginkan prestasi akademik yang
baik. Setelah memasuki masa dewasa awal...idealisme mulai menentukan
sikap dan belajar membuat keputusan-keputusan penting dalam percintaan,
pendidikan atau bahkan pekerjaan. Setelah itu memasuki usia dewasa madya...semua mulai melandai, lebih matang dan stabil secara emosional serta keinginan-keinginan dalam hidup. Semua berproses...pengalaman
hidup....peristiwa demi peristiwa mengajarkan banyak hal untuk kita
sehingga membuat hati dan pikiran kita terus berkembang dalam memandang
hidup.
Begitulah manusia....makhluk yang paling sempurna diantara ciptaan Tuhan
yang lain. Bisa tumbuh, berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.
Idealnya memang seiring waktu dan usia kita menjadi manusia yang lebih
baik dari sebelumnya. Supaya kita tidak terjebak dengan ego dari
keinginan pribadi...sebaiknya kita juga memikirkan bagaimana keinginan
kita itu bisa memberi hal baik dan membahagiakan orang lain. Sehingga
pada akhirnya kita menjadi bahagia karena kita melakukan hal-hal yang
berarti bagi orang-orang di sekeliling kita.
Ada beberapa hal yang dituangkan Bapak Bastaman dalam buku yang
sebelumnya saya sebutkan diatas, bahwa ketika berproses menemukan makna
hidup dalam arti umumnya memperoleh "kebahagiaan"...sebenarnya hal itu
sejalan dengan beberapa kata-kata mutiara dan ungkapan sufistik yang
lazim kita dengar....seperti;
* Jangan pikirkan HAK, tetapi pikirkan bagaimana membuat JASA.
* Jangan pikirkan KESENANGAN, tetapi pikirkan bagaimana MEMPERJUANGKAN kesenangan itu.
* Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu....bersenang-senang kemudian.
* Jangan pikirkan SURGA, tetapi pikirkan bagaimana membuat AMAL BAIK.
* Ketahuilah bahwa SURGA itu dipagari DURI, dan NERAKA itu dipagari ROTI.
Menurut Bapak Bastaman atau yang dikenal dengan Ayah Hana...terdapat lima hal dalam mencapai kebermaknaan hidup yang disebut dengan "Panca Cara Temuan Hidup" (2007;154-155), yaitu :
1. Pemahaman Diri --> bagaimana kita mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan potensi maupun yang sudah teraktualisasi, kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan ditingkatkan serta kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.
2. Bertindak Positif --> mencoba menerapkan dan melaksanakan hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari.
3. Pengakraban Hubungan --> meningkatkan hubungan baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan sekerja), sehingga masing-masing saling mempercayai, saling memerlukan satu dengan lainnya, serta saling membantu.
4. Pendalaman Catur-Nilai --> berusaha untuk memahami dan memenuhi empat macam nilai yang merupakan sumber makna hidup, yaitu nilai kretaif (kerja, karya, mencipta); nilai penghayatan (kebenaran, keindahan, kasih, iman); nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tidak dapat dihindari lagi); nilai pengharapan (percaya adanya perubahan yang lebih baik di masa datang).
5. Ibadah --> berusaha memahami dan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan dan mencegah diri dari apa yang dilarang-Nya. Ibadah yang khusuk sering mendatangkan perasaan tenteram dan tabah, serta menimbulkan perasaan mantap seakan-akan mendapat bimbingan dan petunjuk-Nya dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Kelima metode diatas tentunya juga membutuhkan kreatifitas dari diri masing-masing.
Setelah
kita melihat sekitar...
Apa yang pernah dilalui di masa dahulu...? Keinginan apa yang ingin dicapai...? Bagaimana kemampuan diri serta seperti apa lingkungan sekitar kita...?
Maka kemudian secara perlahan kita
akan tahu....dengan menanyakan pada hati dan pikiran kita tentang makna
hidup yang sesungguhnya dan bagaimana kita dapat meraih kebahagiaan hidup yang sebenarnya.
*Semoga Anda berhasil...
Referensi :
H.D. Bastaman, 2007, "Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna", PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Referensi :
H.D. Bastaman, 2007, "Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna", PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
No comments:
Post a Comment