Pages

Friday, October 11, 2013

Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia

Sumber Foto : www.medindia.net
Kemarin pada tanggal 10 Oktober 2013 diperingati "Hari Kesehatan Mental Sedunia". Setiap tahun diperingati dengan tema yang berbeda. Kali ini peringatan Kesehatan Mental Sedunia ditandai dengan tema "Mental Health and Older Adults" sebagaimana yang disampaikan oleh WHO.

Bagaimana kita semua merawat dan meningkatkan kesehatan mental kita dan orang tua yang ada di sekitar, baik itu keluarga, tetangga, rekan kerja, maupun yang terdapat pada masyarakat pada umumnya. Seringkali mereka yang telah lanjut usia menjadi luput dari perhatian kita. Entah itu karena dianggap sudah tidak produktif, terlalu banyak membutuhkan bantuan, atau karena faktor-faktor lain yang bisa saja datang dari pihak kita sebagai yang lebih muda, lingkungan, pemerintah ataukah dari pihak lansia itu sendiri.

Semoga peringatan "Kesehatan Mental Sedunia" tahun 2013 dengan tema "Mental Health and Older Adults" menjadi peringatan dan langkah awal yang terus berkelanjutan bagi kita semua agar kita lebih perduli dan memberikan kasih sayang serta bantuan terutama dukungan secara psikologis kepada para lansia.

"Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia..."


(*Mohon maaf telat posting...)

Thursday, October 3, 2013

Meningkatkan Kesiapan Orang Tua Dalam Membantu Anak Belajar Di Rumah


 Perubahan dan tuntutan zaman membuat orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati nya agar mereka mampu menjadi generasi penerus yang dapat bersaing. Semua harapan baik membuat orang tua pada masa sekarang ini berusaha untuk meningkatkan kesiapannya dalam membantu anak belajar dirumah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam mempersiapkan diri untuk membantu anak belajar dirumah adalah :
  •  Meningkatkan Kepercayaan Diri 
Kepercayaan diri menjadi landasan penting bagi setiap orang tua agar yakin dan memiliki semangat kuat untuk berusaha. “As soon as you trust yourself, you will know how to live” (Johann WolfGang Von Goethe dalam Gunawan 2003:219).
  • Bersedia untuk Berusaha 
Kesediaan dalam berusaha membuat orang tua mampu mengatasi semua hambatan atau kesulitan yang dihadapi ketika membantu Sang Anak terutama dalam hal belajar dirumah.
  • Mengatur Emosi 
Seringkali usaha menjadi berhenti ditengah jalan karena kita dikuasai oleh emosi negatif. Sebagaimana menurut R. Pluttchik dalam Hude : 2006, emosi negatif yaitu kemarahan (anger), kesedihan (sadness) dan ketakutan (fear). Sedangkan emosi positif adalah kegembiraan (joy). Sebaiknya kita sebagai orang tua mampu mengendalikan emosi negatif dan dapat mengembangkan emosi-emosi positif agar lebih berhasil dalam membantu anak ketika belajar.
  • Membangun Komitmen Bersama Pasangan 
Pasangan yang baik adalah bersama-sama membuat komitmen untuk terus berusaha dan terbuka untuk saling mendukung, membantu dan mengingatkan demi kepentingan bersama, baik untuk keharmonisan hubungan suami istri maupun untuk kemajuan anak.
  •  Bekerjasama dengan Pihak Sekolah 
Apabila kita sebagai orang tua kesulitan mencari bantuan, pihak sekolah merupakan partner utama dalam membantu anak belajar.
  • Merencanakan Langkah 
Pada saat komitmen telah terbentuk, diperlukan rancangan atau rencana yang jelas tentang keinginan orang tua dalam pengasuhan dan pendidikan agar lebih terarah dan mudah untuk dilakukan. Selain itu hal ini juga dapat memudahkan orang tua untuk mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana-rencana tersebut.
  • Meningkatkan Kreatifitas 
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi”. Ketika menghadapi keterbatasan atau kesulitan kreatifitas orang tua sangat diperlukan. Agar suasana belajar lebih menyenangkan.
  • Disiplin menjalankan “Planning”
Seringkali permasalahan kehidupan membuat pasangan suami istri mengalami naik turunnya semangat dalam melanjutkan langkah ke depan. Berusaha disiplin akan membantu keduanya untuk tetap pada komitmen yang telah dibentuk demi kebaikan bersama terutama bagi Sang Buah Hati. Akan tetapi tidak bersifat kaku, karena mengasuh dan mendidik anak juga memerlukan fleksibilitas.
  • Menerima Kelebihan dan Kekurangan Diri Sendiri serta Anak dengan Berpikir Positif 
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga tidaklah adil jika kita hanya bisa “menuntut” tanpa memahami realitanya.
  • Memberikan Tauladan Yang Baik Bagi Anak 
Perlakuan kita dalam berinteraksi secara tidak langsung mengajarkan anak akan cara berinteraksi dengan orang lain (Brooks & Goldstein, 2002). Sehingga tauladan atau contoh yang baik akan memudahkan kita membentuk anak yang baik pula.
  •  Evaluasi dan Introspeksi Diri 
Perjalanan hidup yang kadang tidak bisa diprediksi membuat kita sebagai orang tua harus selalu mawas diri. Apabila ada kekurangan atau kesalahan yang terjadi dari rencana yang telah dibuat dan dilakukan maka hal terbaik yang bisa dilakukan adalah evaluasi dari apa yang telah dilakukan dan apa saja yang belum atau terlewat. Kemudian bersama-sama instrospeksi diri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lickona (2004) bahwa “Orang tua harus instrospeksi diri dan memberikan contoh”.
*Semoga kita berhasil menjadi orang tua yang terbaik...* 


Referensi
Brooks, R. & Goldstein, S. (2002).  Raising Resilient Children: Fostering Strength, Hope, and Optimism in Your Child.  New York, NY: McGraw-Hill.
Gunawan, Adi W. (2003) Born To Be Genius. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hude, Darwin. (2006). Emosi-Penjelajahan Relegio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an. Jakarta. penerbit Erlangga. 
Lickona, T. (2004). Characters Matters: How To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, And Other Essential Virtues. New York, NY: Touchstone.

Syah, Muhibbin M.Ed. (2008). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.